Siapa Berani Gelar Aktivasi di Twitter?


Menarik sekali mengamati sepak terjang berbagai brand atau produk, yang belakangan semakin menjamur di kanal-kanal jejaring sosial. Pasar yang paling riuh dan meriah, saat ini, tentu saja masih Facebook dan Twitter.

Meski beberapa dari mereka memilih media lain sebagai opsi tambahan -- misalnya corporate blog -- namun tak bisa disangkal, dua channel itulah yang paling populer.

Penetrasi besar-besaran ke sosial media ini, tentu saja, tidak murah. Meski banyak pihak mengakui bahwa gencarnya strategi pemasaran melalui Facebook dan Twitter tidak selalu berdampak langsung terhadap angka penjualan, tapi hal ini tidak menyurutkan langkah mereka untuk ‘membuka lapak’.

Biaya yang harus dikeluarkan sebuah brand untuk masuk dan bersaing di pasar bebas, saya yakin, tidak main-main. Karena melibatkan banyak sekali kelompok orang dari berbagai ilmu dan keahlian, bisa dibayangkan, berapa rupiah yang harus mereka belanjakan supaya dapat turut bermain di sini. Sebut saja, perusahaan PR consultant, web developer, divisi kreatif, digital media strategist, hingga para Key Opinion Leader (lazim disebut K.O.L) dan buzzer.

Kalau kita perhatikan baik-baik, cara paling lumrah –dan terlihat mudah—untuk menarik perhatian para pengguna jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, adalah dengan mengajak fans/followers untuk mengikuti kuis di dua kanal tersebut. Baik yang dilakukan secara rutin, mau pun kuis dadakan ketika mereka sedang gencar mempromosikan satu online/offline campaign.

Event-event musik, pameran, kegiatan sosial, biasanya adalah momen yang dipilih untuk mendongkrak jumlah fans dan follower. Tujuannya, sekali lagi, bukan selalu peningkatan jumlah penjualan, tetapi lebih ke meningkatkan awareness publik tentang brand mereka. Ya, ujung-ujungnya pasti diharapkan ada impact ke meningkatnya transaksi yang terjadi, tentu saja.

Yang cukup mencuri perhatian saya belakangan ini, adalah lomba mendesain seragam pramugari, yang diadakan oleh Citilink, sebuah perusahaan penerbangan lokal. Cara yang mereka lakukan sangat unik. Bahkan barangkali, perusahaan LCC yang berada di bawah manajemen Garuda Indonesia ini, adalah yang pertama kali berani mengadakan online activation seperti ini.

Lomba merancang busana memang bukan hal aneh. Bahkan sejak puluhan tahun yang lalu, beberapa majalah wanita memiliki lomba semacam, yang diadakan setahun sekali. Namun sama sekali tidak terbayang sebelumnya, bahwa ada suatu perusahaan yang melakukan kompetisi seperti ini melalui jalur jejaring sosial.

Nekat? Rasanya tidak juga. Toh setelah beberapa waktu kontes ini berjalan, semakin banyak saja fans mereka yang mengikutsertakan karyanya. Padahal jika dipikir-pikir, merancang busana –apalagi yang diminta adalah mendesain seragam pramugari—bukanlah bidang dan keahlian semua orang. Tidak semua orang bisa menggambar. Lebih jauh, tentu tidak setiap kita dikarunia kemampuan merancang pakaian.

Respon positif yang mereka dapat, saya percaya, bukan sesuatu yang didapatkan dalam satu malam. Perlu upaya ekstra untuk membuat campaign unik ini berjalan seperti yang diharapkan. Barangkali juga, butuh sedikit keberanian untuk gambling. Sekali lagi, kontes seperti ini, sejauh pengamatan saya, adalah yang pertama di Indonesia. Dengan perencanan matang dan eksekusi yang baik, ada peluang untuk berhasil.

Namun tentu saja, ada cukup banyak lubang yang mampu membuat aktivasi semacam ini gagal di tengah jalan. Gosip yang mulai beredar, dalam waktu dekat, perusahaan ini bahkan akan melakukan rekrutmen pramugari yang –lagi-lagi—diluncurkan lewat jalur online.

Dalam kasus ini, keberanian –sekaligus kesuksesan mereka—patut diacungi dua jempol.

Anda setuju?


0 komentar:

Posting Komentar